Dalam sesi berdurasi tiga jam ini, Adam menjelaskan bahwa Python bukan hanya bahasa pemrograman yang populer, tetapi juga merupakan fondasi utama dalam pengembangan berbagai solusi cerdas di era Revolusi Industri 5.0. Ia menekankan bahwa hampir seluruh framework dan pustaka yang digunakan dalam AI dan Machine Learning—seperti TensorFlow, PyTorch, Scikit-Learn, dan Keras—dibangun di atas Python.

“Jika ingin masuk ke dunia AI, Machine Learning, atau Data Science, Python adalah pintu masuknya. Python memberi kita kekuatan untuk membuat mesin berpikir, belajar, dan bahkan mengambil keputusan,” ujar Adam dalam sesi presentasinya.

Para peserta diajak memahami peran Python dalam membangun model prediktif, melakukan analisis data, hingga mengembangkan sistem rekomendasi yang kini banyak diterapkan dalam aplikasi digital seperti e-commerce, perbankan, hingga layanan kesehatan. Adam juga membagikan pengalamannya dalam mengelola proyek data real-world dan pentingnya membangun portofolio AI dengan Python sejak masa kuliah.

Sesi diskusi berlangsung dinamis, di mana mahasiswa tidak hanya bertanya soal teknis bahasa Python, tetapi juga peluang karier di bidang AI dan bagaimana menyiapkan diri agar kompetitif di tengah transformasi digital global.

Kaprodi Ilmu Komputer UAG menyatakan bahwa kegiatan ini selaras dengan arah pengembangan kurikulum Prodi yang fokus pada AI dan teknologi berbasis data.

“Python adalah jantung dari banyak teknologi masa depan. Dengan membekali mahasiswa Python dan pemahaman AI, kami ingin mereka tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga inovator,” ungkap Kaprodi.

Melalui kegiatan ini, Prodi Ilmu Komputer Universitas Ary Ginanjar terus memperkuat komitmennya untuk mencetak lulusan yang unggul dan adaptif terhadap perubahan teknologi, serta siap bersaing di era Revolusi Industri 5.0 dengan keterampilan digital yang kuat dan relevan sekaligus mencerminkan penerapan Metode SKID di Universitas Ary Ginanjar, yaitu pendekatan pembelajaran holistik yang memadukan empat pilar utama. Dengan SKID, mahasiswa tidak hanya cerdas secara pengetahuan, tetapi juga matang secara karakter, kreatif dalam berkarya, dan berdampak positif di dunia kerja maupun masyarakat.

Model ini sejalan dengan konsep ESQ yang mengintegrasikan IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosional), dan SQ (kecerdasan spiritual) ke dalam satu kerangka pembelajaran yang aplikatif dan bermakna. Dengan demikian, pembelajaran Python tidak hanya melatih kemampuan teknis, tetapi juga menumbuhkan integritas, kreativitas, dan orientasi manfaat—membentuk lulusan yang unggul dan berdaya saing di era Revolusi Industri 5.0.